SUMENEP, 27 Oktober 2025 — Semarak religius dan kebersamaan lintas elemen masyarakat mewarnai Haul Akbar Raja-Raja Madura yang digelar khidmat di Pendopo Agung Sumenep, Senin malam (27/10/2025).
Kegiatan ini menjadi bagian penting dari rangkaian Hari Jadi Kabupaten Sumenep ke-756 sekaligus memperingati Hari Santri Nasional 2025.
Mengusung tema “Meneladani Jejak Leluhur, Membangun Madura yang Lebih Sejahtera,” acara tersebut menghadirkan suasana penuh hikmah dan kebersamaan. Ribuan peserta memadati Pendopo Agung, terdiri dari ratusan ulama, Persaudaraan Kepala Desa Indonesia (PKDI) Sumenep, 1.300 perwakilan desa, 100 pengemudi ojek online, ratusan abang becak, 400 santri, ratusan muslimah, puluhan kepala dinas, dan pejabat daerah.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Sebelum dimulainya Istigasah Akbar, kegiatan diawali dengan santunan anak yatim sebagai bentuk kepedulian sosial dan pengamalan nilai Islam yang menekankan kasih sayang serta solidaritas antarumat. Suasana haru dan khidmat menyelimuti seluruh peserta yang hadir.
Hadir dalam acara ini Bupati Sumenep Dr. Achmad Fauzi Wongsojudo, S.H., M.H, KH. Imam Hasyim, S.H., M.H, dan Habib Muhammad Assegaf selaku penceramah utama. Dalam tausiyahnya, Habib Muhammad mengajak masyarakat untuk memaknai haul sebagai bentuk syukur dan penghormatan terhadap leluhur Madura yang telah mewariskan nilai keberanian, keadilan, dan keimanan.
Dalam suasana khidmat Haul Akbar Raja-Raja Madura di Pendopo Agung Sumenep, Habib Muhammad Assegaf menyampaikan pesan mendalam yang menggugah hati seluruh jamaah.
Ia mengingatkan pentingnya menjaga warisan spiritual dan moral para leluhur Madura.
“Kita tidak hanya berkumpul untuk mengenang para raja dan leluhur kita, tapi untuk menyambung doa, menyambung cahaya keberkahan mereka. Sebab, orang yang menghormati leluhurnya akan dimuliakan Allah dengan kemuliaan yang sama,” tutur Habib Muhammad di hadapan ribuan hadirin yang memadati Pendopo Agung.
Habib Muhammad juga menegaskan bahwa Haul Akbar Raja-Raja Madura bukan hanya acara tradisi, tetapi bentuk kesadaran sejarah dan spiritual.
“Para raja Madura dahulu bukan hanya pemimpin dunia, tapi juga penjaga moral dan keimanan rakyatnya. Mereka memimpin dengan hati, dengan adab, dan dengan tanggung jawab kepada Allah. Inilah yang harus kita teladani di masa kini,” ujarnya.
Beliau menambahkan, kemajuan Madura tidak akan lahir dari harta atau kekuasaan, melainkan dari iman, persatuan, dan akhlak mulia.
“Jika rakyat, ulama, dan umara bersatu dalam niat yang tulus, Madura akan menjadi tanah yang penuh berkah. Haul ini adalah pengingat agar kita membangun Madura bukan dengan amarah dan ambisi, tapi dengan cinta dan doa,” pesan Habib Muhammad dengan penuh kelembutan.
Sementara, Bupati Sumenep, Achmad Fauzi Wongsojudo, menegaskan bahwa Haul Akbar Raja-Raja Madura bukan sekadar peringatan sejarah, tetapi momentum spiritual untuk membangun masa depan dengan semangat para leluhur.
“Raja-raja Madura bukan hanya bagian dari sejarah, tapi sumber nilai yang hidup. Mereka meninggalkan warisan tentang keberanian, kearifan, dan tanggung jawab terhadap rakyat. Dari sinilah semangat membangun Sumenep harus kita mulai dari akar budaya, dari jiwa yang beriman,” ungkapnya.
Bupati juga mengajak seluruh masyarakat untuk memperkuat nilai-nilai spiritual dan kebangsaan melalui kegiatan keagamaan yang sarat makna.
“Sejarah yang tidak dihidupkan hanya akan jadi nama di batu nisan. Haul Raja-Raja Madura bukan sekedar mengenang, tapi meneguhkan tekad membangun Madura yang beradab, maju, dan berkarakter,” tambahnya.
Haul Akbar Raja-Raja Madura di Pendopo Agung bukan hanya ritual keagamaan, melainkan panggilan nurani bagi masyarakat Madura untuk menelusuri kembali akar sejarah dan nilai-nilai luhur di tengah arus modernisasi yang kian deras.
Kegiatan ini mengingatkan bahwa kemajuan sejati tidak semata diukur dari pembangunan fisik atau teknologi, tetapi dari keteguhan karakter, akhlak, dan identitas budaya. Nilai-nilai kepemimpinan para leluhur, keberanian, kejujuran, dan tanggung jawab menjadi cermin moral yang patut dihidupkan kembali oleh seluruh lapisan masyarakat, dari pemimpin hingga rakyat kecil, dari santri hingga generasi muda.
Ketika pemerintah, ulama, dan masyarakat bersatu dalam ruang spiritual seperti Haul Akbar ini, sesungguhnya Sumenep sedang menulis ulang arah peradaban Madura, dari masa lalu yang agung menuju masa depan yang bermartabat.
Haul Raja-Raja Madura menjadi penegasan bahwa masa depan yang kuat harus berpijak pada kearifan masa lalu, agar Madura tidak hanya tumbuh dalam pembangunan, tetapi juga berkembang dalam keimanan, kebudayaan, dan kemanusiaan.






