SUMENEP— Arah mata budaya Jawa Timur kini tengah tertuju ke Sumenep. Tahun 2026 mendatang, kabupaten di ujung timur Pulau Madura ini akan menjadi saksi sejarah, ketika 38 kabupaten/kota se-Jawa Timur bersatu dalam satu panggung megah, Festival Batik 2026.
Festival ini dipastikan bukan sekedar pesta seni, melainkan momentum besar yang akan menggema hingga ke tingkat nasional, bahkan internasional.
Sumenep akan menjelma sebagai pusat denyut budaya, tempat motif-motif batik beradu keindahan, mengisahkan leluhur, dan menyatukan keberagaman daerah.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Bupati Sumenep menegaskan, kehadiran puluhan daerah dalam festival ini bukan hanya simbol keramaian, tetapi juga pesan kuat tentang semangat pelestarian budaya.
“Keikutsertaan 38 kabupaten/kota adalah peluang emas. Kami ingin menunjukkan bahwa batik bukan sekadar kain, melainkan identitas bangsa yang harus kita jaga dengan bangga,” ujarnya penuh keyakinan.
Festival ini juga diharapkan menjadi arena emas bagi para pengrajin untuk menyalakan kembali api kreativitas. Motif-motif baru yang lahir dari tangan mereka akan menjadi saksi bahwa batik terus hidup, berakar dari tradisi, namun berlari seiring zaman.
Tak berhenti di situ, denyut ekonomi daerah juga diprediksi akan ikut bergelora. Batik yang kian dipakai sebagai busana sehari-hari akan memperluas pasar, membuka peluang bagi UMKM, serta menguatkan perajin dalam menghadapi persaingan global.
“Festival Batik 2026 bukan hanya untuk hari ini, melainkan warisan untuk masa depan. Dari Sumenep, batik akan kembali menggaung ke dunia,” tegas Bupati.
Sumenep pun bersiap. Panggung megah, cahaya warna-warni, derap langkah budaya, dan motif-motif batik yang bercerita tentang kekayaan Nusantara akan segera menyapa. Tahun 2026, batik tak lagi sekedar pakaian, ia adalah nyawa yang mengikat persaudaraan dan kebanggaan Jawa Timur.
Penulis : Redaksi