PAMEKASAN – Kepala Bea Cukai Madura yang memiliki kekayaan Fantastis Muhammad Syahirul terus menuai sorotan.
Kali ini, Muhammad Syahirul Alim diduga kuat mempersulit hak wartawan untuk melakukan tugasnya mendapatkan informasi yang akurat dengan memblokir nomor WhatsApp.
Nomor WhatsApp wartawan diduga diblokir setelah dikonfirmasi mengenai sederet masalah yang terjadi di wilayah hukumnya termasuk adanya mobil Fuso yang diduga mengangkut BB yang akan diperjual belikan serta tidak adanya pemusnahan BB hasil sitaan dan operasi selama 2 tahun di Pamekasan dan langkah konkret apa yang akan dilakukan BC Madura untuk memutus mata rantai adanya gerbong mafia pita cukai sejumlah PR di Sumenep.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Padahal sebelumnya, narasi konfirmasi wartawan telah centang dua. Namun setelah berita terbit dan dikonfirmasi lanjutan, nomor pejabat kaya tersebut sudah tidak lagi bisa dihubungi.
Berkenan dengan itu, aktivis peduli Negara Ahmadi menyayangkan sikap Kepala Bea Cukai Madura Muhammad Syahirul Alim yang tidak menjunjung transparansi.
“Pemblokiran nomor wartawan sebagai upaya untuk membatasi kebebasan pers dan hak masyarakat untuk mendapatkan informasi yang akurat. Barangkali, Kepala Bea Cukai Madura ingin menghindari pertanyaan sensitif yang akan sulit dijawab dan menghindari sorotan negatif,” katanya.
Langkah tersebut, menurut Ahmadi adalah sesuatu yang blunder.
“Jika seorang pejabat memiliki karakter demikian harus dipertanyakan. Ada apa kok bersikap demikian. Mestinya Kepala Bea Cukai Madura terbuka dan menjawab upaya konfirmasi wartawan,” tegasnya.
Diwartakan sebelumya, Bea Cukai Madura dibawah kepemimpinan seorang pejabat yang punya kekayaan fantastis secara maraton terus menerus menuai polemik. Setelah sebelumnya dibombardir kritik lantaran kurangnya keseriusan dalam penegakan hukum terkait barbarnya peredaran rokok bodong dan mafia gerbong jual beli pita cukai yang seakan dibiarkan merajalela, kini Bea Cukai Madura diduga menjual kembali rokok ilegal hasil operasi dan sitaan, Kamis, 15/05/2025.
Berdasarkan hasil investigasi tim Detikzone.id, sebuah mobil Fuso plat kuning N 8062 UZ tampak standby di depan halaman kantor BC Madura yang dipimpin Muhammad Syahirul Alim.
Mobil besar Fuso tersebut diduga kuat mengangkut BB rokok ilegal hasil sitaan barang haram dalam jumlah banyak.
Sumber Detikzone.id mencurigai, oknum di Bea Cukai Madura terlibat dalam pusaran bisnis haram yang merugikan negara.
“Rokok hasil operasi tersebut diduga dijual kembali oleh BC. Bahkan selama 2 tahun ini tidak ada pelaksanaan pembinaan barang bukti, baik dari Kejaksaan maupun BC. Itu sudah ketiga kalinya,” ujar sumber, Rabu, 14/05.
Mestinya, tegas sumber, pemusnahan BB dilakukan di tempat penetapan perkara.
“Inilah dugaan ketidakberesan Bea Cukai Madura,” tegasnya.
Sementara itu, narasumber lain inisial S, yang juga merupakan warga Pamekasan menduga sejumlah oknum di Bea Cukai Madura justru masuk dalam pusaran bisnis gelap. Salah satunya, kondusifnya perdagangan jual beli pita cukai di Kabupaten Sumenep, Pamekasan dan Sampang.
“Para mafia ternak pita cukai di sejumlah daerah juga diduga menyetor ke oknum BC dan diduga ada koordinatonya,” jelasnya.
Menurut S, Perusahan Rokok (PR) di Madura itu ratusan. Namun yang berproduksi hanya bisa dihitunga jari.
“Seandainya ratusan PR Rokok tersebut berproduksi semua maka Madura akan sejahtera karena banyak masyarakat sekitar yang dipekerjakan. Buktinya hanya segelintir saja yang betul betul produksi rokok selebihnya diduga berbisnis pita cukai alias ternak pita. Jadi jatah pitanya dari Bea Cukai untuk PR tersebut bukan ditempel ke rokok produksinya namun dijual kembali ke Mafia asal Malang inisial JH. Dan kordinator mafia pita cukai itu orang Sumenep,” tegasnya.
Sementara itu, Kepala BC Madura, Muhammad Syahirul Alim saat dikonfirmasi mengenai sederet kasus yang terjadi di wilayah hukumnya termasuk adanya mobil Fuso yang diduga mengangkut BB yang akan diperjual belikan belum memberikan klarifikasi.
Ditanya lebih mendalam ihwal tidak adanya pemusnahan BB hasil sitaan dan operasi selama 2 tahun di Pamekasan belum jua menjawab.
Bahkan langkah konkret apa yang akan dilakukan BC Madura untuk memutus mata rantai adanya gerbong bisnis pita cukai sejumlah PR di Sumenep, Pamekasan dan Sampang, Muhammad Syahirul Alim masih bungkam.
Penulis : Redaksi