SAMPANG, Detikzone.id – Pagi itu, Aula SMAN 1 Ketapang, Kabupaten Sampang, tampak berbeda. Tak ada denting lonceng atau suara guru menjelaskan pelajaran seperti biasa.
Suasana justru lebih hangat dan penuh semangat. Puluhan siswa duduk rapi, memperhatikan tiap penjelasan yang disampaikan oleh seorang narasumber muda bukan guru, melainkan seorang jurnalis.
Memperingati Hari Kebangkitan Nasional yang jatuh pada 20 Mei 2025, SMAN 1 Ketapang memilih cara yang tak biasa menggelar Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Dasar Jurnalistik bertema “Tumbuh, Berkarya dan Menulis”.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Pelatihan ini menghadirkan langsung Imron Muslim, jurnalis muda bersertifikasi nasional sekaligus Sekretaris Persatuan Jurnalis Sampang (PJS). (20/05/2025)
Dalam empat jam sesi intensif, para siswa diajak menyelami dunia jurnalistik: mulai dari teknik menggali informasi, menyusun narasi yang berimbang, hingga pentingnya memegang teguh etika jurnalistik.
“Menulis itu bukan sekadar menyampaikan informasi. Ini soal kejujuran, soal tanggung jawab terhadap publik,” kata Imron di depan peserta, matanya menatap mereka satu per satu, seolah ingin meyakinkan bahwa setiap siswa punya potensi menjadi penyampai kebenaran.
Bagi para siswa, pengalaman ini terasa baru dan menyegarkan. Di tengah dominasi media sosial dan derasnya arus informasi digital, pelatihan jurnalistik menjadi angin segar untuk membentuk pola pikir kritis dan terukur. Mereka tidak hanya belajar menulis, tapi juga berpikir sebelum menyebarkan informasi.
Kepala SMAN 1 Ketapang, Sulaiman, menyambut positif kegiatan ini. Baginya, jurnalistik bukan sekadar kemampuan menulis, tapi juga fondasi karakter.
“Di zaman seperti ini, anak-anak harus mampu memilah mana informasi yang layak dikonsumsi dan mana yang menyesatkan. Literasi adalah kunci. Dan pelatihan ini adalah salah satu bentuk kebangkitan itu,” ujar Sulaiman.
Ia bahkan mengutip pepatah Imam Al-Ghazali sebagai pengingat: “Kalau kamu bukan anak raja dan engkau bukan anak ulama besar, maka jadilah penulis.” (إذا لم تكن ابن ملك، ولم تكن ابن عالم عظيم، فكن كاتبًا.)
Pesan itu menggema dalam benak para peserta. Apalagi saat mereka ditantang untuk menulis berita mereka sendiri berdasarkan hasil wawancara. Beberapa tampak gugup, namun tak sedikit yang justru terlihat antusias mengolah data menjadi narasi.
“Baru kali ini saya tahu, ternyata menulis berita itu seru. Harus teliti dan jujur,” ungkap Nabila, siswi kelas XI, dengan wajah berbinar.
Bagi Imron, pelatihan semacam ini tak seharusnya menjadi peristiwa sekali lewat. Ia mendorong pihak sekolah untuk membentuk ekstrakurikuler jurnalistik agar siswa punya ruang belajar yang berkelanjutan.
“Dengan adanya ekskul jurnalistik, siswa bisa terus diasah. Bukan hanya teori, tapi praktik nyata di lapangan. Ini bekal berharga, bukan hanya untuk karier, tapi juga untuk jadi warga digital yang bertanggung jawab,” tuturnya.
Kegiatan ditutup dengan sesi refleksi dan diskusi singkat. Namun, semangat yang terbangun sepanjang pelatihan tak berhenti di ruangan itu. Ia menyebar — dalam bentuk ide, semangat baru, dan tekad untuk terus belajar menulis.
Peringatan Hari Kebangkitan Nasional di SMAN 1 Ketapang kali ini bukan sekadar ritual tahunan. Ia telah berubah menjadi momentum kebangkitan literasi di kalangan generasi muda — sebuah langkah kecil yang bermakna besar untuk masa depan Kabupaten Sampang dan Indonesia.
Penulis : Anam Sakti