PAMEKASAN, Detikzone.id- Gadis cantik bernama Qomariyah (24), asal Dusun Duko, Desa Ambat, kecamatan Tlanakan kabupaten Pamekasan memerlukan perhatian khusus dari Pemerintah lantaran mengidap penyakit tumor ganas bahkan terancam diamputasi.
Qomariyah merupakan putri dari Muchtar yang berprofesi guru ngaji.
Siti Qomariyah mempunyai tiga saudara. Dia merupakan putri kedua dari tiga bersaudara.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Siti Qomariyah seorang mahasiswi semester 8 Prodi Pendidikan Agama Islam (PAI) IAIN Madura mengidap kanker ganas dan terancam diamputasi.
Muchtar sang orang tua dari Siti Qomariyah, saat ditemui dirumahnya mengatakan, putrinya ini mengidap penyakit tumor ganas oleh pihak dokter di RSUD Smart Panglegur Pamekasan saat melakukan pengobatan pada kakinya.
Pihak RSUD Smart menyarankan agar secepatnya dibawa ke RS.dr. Soetomo Surabaya.
Mendengar, keterangan dari seorang dokter tersebut dengan sontak Muchtar kaget dan sedih.
Dengan berkaca kaca, Muchtar di depan anaknya berusaha tegar dan kuat agar anaknya tetap optimis, ujarnya pada Selasa 9/7/2024.
Kala itu, anaknya jatuh biasa dan kejadian itu di tahun 223 bulan Febuari. Setelah itu, keesokan harinya tepat pagi harinya kaki anaknya yang semula jatuh biasa tiba tiba terasa sakit dan keseleo yang dirasakan oleh anaknya.
Mendengar rasa sakit oleh anaknya kemudian dibawalah ke pak Dirman ahli tulang.
Tak hanya satu kali ia berobat ke pak Dirman.
Berselang waktu ia kembali lagi dan mendapat bantuan tongkat untuk Siti agar membantu untuk bisa berjalan.
Kata Muchtar, dengan tongkat itu dapat jalan dengan enak dan bisa kuliah lagi namun tanpa diduga, ketika Siti hendak ke rumah neneknya, ia terjatuh lagi saat itu jalan kondisi basah dan licin. Ia jatuh tepat di baratnya Sumur selatan rumahnya.
“Jatuh yang kedua kalinya ini membuat tulang kaki anak saya menjadi parah dan dibawa lagi ke sangkal putung pak Dirman, karena sudah beberapa kali saya kesana kurang lebih 5 kali, akhirnya pak Dirman angkat tangan dan menyarankan untuk dibawa ke sangkal putung di Dempo Waru.
Setelah 2 kali dibawa ke Demo Waru, tidak ada perkembangan apapun, akhirnya sepakat antara saudara saudara untuk dirujuk ke rumah sakit umum Martodirdjo,”ungkapnya.
Setelah musyawarah, Muchtar membawa anaknya ke RSUD Smart Panglegur, setibanya di rumah sakit setelah dilakukan pemeriksaan dari pihak dokter memberikan surat rujukan untuk di bawa ke rumah sakit dr. Soetomo Surabaya untuk dilakukan operasi karena sudah membengkak.
“Rujukan dari dokter RSUD Smart berdasarkan hasil pemeriksaan medis bahwa di kaki anak nya ada tumor ganas didalamnya,” sebutnya. Rabu 10/7/2024.
Tak menunggu lama, Muchtar membicarakan kepada saudaranya bahwa Siti mengidap tumor ganas pada kakinya dan dapat surat rujukan dari RS Smart.
Usai musyawarah akhirnya berangkatlah kami ke RS. Dr. Soetomo, setiba di rumah sakit itu pihak dokter di rumah sakit tersebut menjelaskan ini kanker ganas dan kalau tidak segera dilakukan operasi akan merambat ke jantung.
“Mendengar pihak dokter RS dr. Soetomo yang memvonis penyakit anaknya, saya melakukan pengobatan sesuai dengan prosedur dokter itu. Tak hanya satu atau dua kali dirinya mengobati anaknya ke Surabaya, saya bolak balik ke RS dr. Soetomo sampai 9 kali,”tuturnya dengan sedih.
Namun di hitungan ketujuh kalinya berobat ke RS dr. Soetomo maka para ahli dokter itu melakukan penyuntikan pada kaki anak saya yang saat itu kakinya masih kecil benjolannya.
“Setelah disuntik, tiba tiba bengkak pada kakinya semakin membesar. Membengkaknya yang semakin besar, saya lalu menanyakan kepada dokter itu, kenapa semakin membengkak seperti ini,” tuturnya.
“Kemudian dokter tersebut memberikan jawaban, bahwa putrinya disuntik untuk mendeteksi mana daging dan mana yang tulang karena mau dioperasi,” imbuhnya.
Artinya dengan bengkak kaki anak saya itu, pihak Rumah Sakit menyatakan untuk kepentingan operasi.
“Untuk yang ke 8 kali setelah di deteksi semua diperiksa dan data data sudah lengkap, saya balik terakhir kali akan dioperasi,” katanya.
“Setelah kami kembali ke 9 kalinya lalu dokter menvonis harus diamputasi,” ucapnya dengan perasaan sedih dan kecewa.
Ia ke Surabaya sekitar bulan 9 tahun 2023, karena sudah divonis harus di amputasi pihaknya tidak sanggup.
“Berarti dokter itu tidak memikirkan saya orang tidak mampu yang sudah bolak balik hingga sembilan kali ke Surabaya. Mengapa mereka tidak mengatakan disaat masih 2 atau ke 3 kali ke Surabaya,” tambahnya.
Selama perawatan ke Surabaya dia mengakui dilayani oleh desa sebatas mobil sigap pada saat bolak balik hingga 9 kalinya.
“Akhirnya saya memutuskan tidak sanggup untuk diamputasi lalu saya pulang. Kata dokter sebelum dia pulang, dokter menyarankan
apabila nanti mau di amputasi silahkan balik lagi ke Surabaya kapan saja,” tukasnya.“Terpaksa saya mencari jalur pengobatan alternatif luar. Alhamdulillah pengobatan alternatif dapat membuat bengkaknya bisa meletus dari bengkak itu keluarlah darah dan nanah yang semula membengkak besar menjadi lebih mengecil dari pada semula,” tuturnya.
Dijelaskan, pada saat di RS dr.Sutomo selama pemeriksaan tidak pernah dilakukan penyedotan cairan, hanya di suntik dan di ambil sample saja, hingga dirinya sempat marah saat di Rumah Sakit itu.
“Kemarahan saya ini sebagai bentuk kekecewaan sebagai orang kecil yang sudah dipermainkan oleh dokter itu karena sudah 9 kali kami bolak balik ke Surabaya. Hasil itupun saya sampaikan ke kepala desa, namun dari kepala desa sendiri tidak ada tindakan apapun,” tuturnya.
“Ada satu mingguan dari sekarang ini, pihak kepala desa nya melihat anak saya
dan berusaha mengusahakan untuk di bawa ke ortopedi di Solo, itupun masih belum tahu perkembangannya karena masih menunggu dari kepala desa. Begitu pula dengan Babinsa juga mengusahakan bagaimana anak saya agar bisa dioperasikan ke rumah sakit angkatan laut di Surabaya,” jelasnya.“Kalau ke Rumah Sakit dr. Soetomo saya sudah trauma karena merasa di permainkan,” terangnya.
“Anak saya biasanya harus mengikuti KKN, tetapi dia tidak bisa ikut.
Dan pihak kampus tidak memaklumi anak saya dan KKN nya harus di desa lain padahal anak saya dengan jelas dan bukti sudah nyata keadaannya seperti itu,” sambungnya.
Alhasil, Camat Tlanakan turun tangan mendatangi kampus IAIN
untuk mengklarifikasi bagaimana anaknya bisa mengikuti KKN-nya secara mandiri.
“Alhamdulillah ibu camat berhasil melobi ke kampus, karena apabila tidak begitu bagaimana anak saya bisa ke kampus dengan kondisi seperti ini,” ungkapnya.
Disinggung soal kepedulian dosennya, Muchtar menyampaikan kalau dari pihak kampus anak belum ada yang menjenguk anaknya.
“Saya menerima dengan ikhlas dan mungkin ini ujian untuk saya dan keluarga,” pungkasnya.
Penulis : IM