Sumenep, Detikzone.id- Hampir 2 bulan lamanya, kasus dugaan penganiayaan brutal terhadap warga miskin, Mohammad Ansori (45), mendapat penanganan loyo dari Polres Sumenep, Madura, Jawa Timur, Minggu, 15/09/2024.
Hingga kini terduga pelaku penganiayaan (ED) warga Pamolokan, Kecamatan Kota Sumenep masih dibiarkan menghirup udara bebas.
Padahal ED diduga menganiaya menggunakan bambu terhadap Mohammad Ansyori didepan mata telanjang ibu kandung, istri dan saudara-saudaranya hingga mengalami luka robek di hidung, dan memar di sekujur tubuh.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Namun hal itu, tidak membuat Polres Sumenep Sat-set bekerja menjunjung tinggi nilai nilai keadilan hingga dikeluhkan korban.
Korban penganiayaan biadab, Muhammad Ansori (45) pria asal Karangnangka Rubaru yang saat ini berdomisili di Pamolokan lantaran ikut istinya itu menganggap penanganan kasusnya di Polres Sumenep loyo.
“Penanganan kasus penganiayaan saya di Polres Sumenep ini loyo. Apa karena saya orang miskin sehingga saya diperlakukan seperti ini. Coba saja orang kaya, pelakunya pasti langsung ditangkap,” ujar Mohammad Ansori.
Ansori mengaku baru mendapat SP2HP ke-3 dari penyidik Polres Sumenep pada Sabtu, 14/09/2024, malam.
“Saya masih mau dipanggil satu kali lagi. Kalau pelaku masih tinggal dua kali kata penyidiknya,” ungkapnya.
Mohammad Ansori berharap pelaku penganiayaan di depan mata sang ibu, istri dan keluarga segera ditangkap.
“Sampai sekarang luka robek di hidung saya masih membekas, apalagi kalau mengingat saat kejadian tersebut, darah saya mendidih. Polres Sumenep seharusnya segera menangkap ED, namun faktanya dia masih berkeliaran,” tutupnya.
Sementara, saat media ini melakukan konfirmasi mengenai progres laporan Mohammad Ansori, Humas Polres Sumenep AKP Widiarti pada hari Kamis, 12/09/2024 menyebut masih menunggu gelar.
“Gelar Perkara masih menunggu, karena digabung dengan Polsek Jajaran sekalian. Pejabat untuk gelar masih ada kegiatan di luar kota,” jelas AKP Widiarti.
Sebelumya diberitakan, usai dianiaya
didepan mata ibu kandung, istri dan saudara- saudaranya saat berada di teras rumah sang istri di desa Pamolokan, Mohammad Ansori (45), mengaku didatangi oknum anggota Polsek Kota dan oknum Babinsa serta oknum Kadus desa Pamolokan untuk berdamai. Sabtu, 03/08/2024.
“Barusan saya disamperin F, Babinsa, RT, Kadus dan tetangga ngajak persoalan penganiayaan diselesaikan secara kekeluargaan. Tapi saya tidak mau karena saya dianiaya didepan ibu dan istri serta saudara saudara saya,” kata Ansori.
Kronologis kejadian:
Menurut keterangan korban Mohammad Ansori, kejadian penganiayaan bermula saat ibu dan sanak familinya dari desa Karangnangka, Kecamatan Rubaru datang bersilaturahmi.
“Saat itu saya sedang duduk santai sambil ngobrol di teras depan rumah bersama ibu, istri, Suib, Ela, Halim, Azis. Tiba tiba datang 2 orang laki-laki inisial Al dan WA. Tak lama kemudian datang lagi ED yang tanpa basa basi langsung memukul menggunakan sebuah bambu mengenai hidung sebelah kiri dan di dada sebelah kanan,” katanya.
Atas kejadian itu, hidungnya mengalami luka robek dan dadanya mengalami luka gores sebanyak 4 goresan.
“Untung saja Suib dan ibu saya ikut melerai ,” ungkap Ansori.
Sementara itu, Mahwa (60), Ibu Korban penganiayaan mengatakan, anaknya jadi korban penganiayaan didepan matanya sendiri saat dirinya bersama keponakan – keponakanya datang bersilaturahmi ke Pamolokan.
“Kaule atanya ka oreng genika, sala Napa anaknya kaule ( Saya tanya, salah apa anaknya saya kok tiba tiba langsung dipukul) ,” ujarnya.
Lantas, Perempuan yang jalannya sudah tertatih-tatih itu memperlihatkan bambu yang dipukulkannya kepada Mohammad Ansori.
“Ana’na kaule epokol angguy nika pak. Kaule sedih ( Anak saya dipukul pakai benda ini pak. Saya sedih ),” terang Mahwa seraya memperlihatkan Bambu yang dipakai untuk menghajar anaknya.
Mahwa (60) berhadap pelaku penganiayaan terhadap anaknya dapat dihukum seberat beratnya.
“Kaule ngarep se kaniaje ka anak kaule eyokom pak (Saya berharap pelaku dihukum pak) ,” tandasnya.
Penulis : Redaksi