SAMPANG, Detikzone.id – Potret getir kemiskinan dan keterabaian sosial kembali mencuat dari pelosok Madura. Di Dusun Pao Baruh, Desa Barunggagah, Kecamatan Tambelengan, Kabupaten Sampang, satu keluarga hidup dalam kondisi memilukan terjebak dalam lingkar derita tanpa jejak kehadiran nyata dari negara.(03/10/2025).
Di rumah reyot berdinding rapuh itu, Ibu Ma’e, seorang nenek renta, menua dalam kemiskinan tanpa jaminan sosial. Ia tak pernah sekalipun tersentuh bantuan dari pemerintah, baik berupa sembako, BLT, maupun program kesejahteraan lansia.
Namun kisah pilu tak berhenti di situ. Muhrimah, perempuan paruh baya yang hidup bersamanya, justru dirantai di dalam rumah. Rantai besi melingkar di tubuhnya seakan menjadi simbol paling telanjang dari keterlambatan negara menangani warganya yang menderita. Tidak ada alasan medis yang jelas, tidak pula penanganan sosial yang manusiawi.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Tragedi itu kian lengkap dengan kondisi Pagi, anggota keluarga lain yang menyandang disabilitas. Tiga generasi di bawah satu atap nenek renta, perempuan dirantai, dan difabel menjadi potret nyata kelalaian kebijakan sosial di tingkat daerah.Sejumlah warga sekitar mengaku miris dan geram.
“Ini bukan sekedar soal kemiskinan, ini soal kemanusiaan. Masa di zaman seperti ini masih ada manusia dirantai, penyandang disabilitas dibiarkan tanpa perhatian, sementara pemerintah hanya diam?” ujar salah satu warga yang enggan disebut namanya.
Kritik warga itu beralasan. Sebab hingga kini, tak ada satu pun bentuk intervensi konkret dari pemerintah desa, kecamatan, maupun kabupaten. Padahal, kondisi tersebut sudah berlangsung lama dan menjadi rahasia umum di lingkungan sekitar.
Saat dikonfirmasi, Kepala Dinas Sosial P3A Kabupaten Sampang, Edi Subinto, mengaku baru mengetahui kasus itu.
“Minta tolong untuk dicek dulu data KK atau KTP-nya. Kalau belum ada data dokumen yang bersangkutan, saran saya agar diusulkan dari desa ke kecamatan, nanti biar dilanjutkan ke kabupaten,” tulis Edi melalui pesan singkat
Pernyataan itu justru menyoroti persoalan klasik: birokrasi yang lamban di tengah penderitaan rakyat. Sementara dokumen menjadi alasan, kehidupan tiga jiwa di Pao Baruh terus bergulir dalam derita yang tak terdata.
Kasus ini menegaskan satu hal bahwa kemiskinan dan penderitaan bukan sekedar statistik, melainkan wajah nyata dari kegagalan negara hadir di tengah rakyatnya sendiri.
Penulis : Anam






