KEDIRI – Ketua Umum Pecut Samandiman sekaligus Penasihat Kesenian Jaranan Kediri, Moh. Hanib, angkat bicara terkait kejadian pemukulan yang dilakukan oleh seorang anggota kepolisian inisial SAE terhadap warga saat berlangsungnya pagelaran kesenian jaranan di Kelurahan Jagalan, Kota Kediri yang viral di media sosial beberapa hari lalu.
Mbah Hanib, begitu ia kerap disapa, menyayangkan peristiwa keributan yang berulang kali sering muncul dalam setiap kegiatan jaranan dan meminta semua pihak melihat permasalahan ini secara objektif.
Menurut Mbah Hanib, tindakan petugas kepolisian di lapangan tidak sepenuhnya dapat disalahkan. Ia menilai, keributan di pagelaran jaranan yang sering terjadi justru sering dipicu oleh perilaku penonton sendiri, terutama mereka yang datang dalam kondisi tidak sepenuhnya sadar akibat pengaruh minuman keras.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
“Polisi yang berjaga itu bukan tanpa sebab bertindak. Banyak penonton yang mabuk-mabukan, menantang, bahkan memprovokasi petugas. Jadi jangan hanya melihat dari satu sisi saja,” ujar Mbah Hanib, begitu ia kerap disapa, Selasa (14/10/2025).
Mbah Hanib juga berpesan kepada para pemuda di kota Kediri, bahwa kegiatan jaranan seharusnya menjadi ajang pelestarian budaya, bukan tempat kericuhan. Ia berharap panitia penyelenggara dan aparat keamanan ke depan harus memperketat pengawasan agar suasana pertunjukan tetap kondusif.
“Ya mereka sebagai kumpulan pemuda kediri, kan seharusnya mendukung kegiatan kesenian budaya dong. Jangan justru membesar-besarkan masalah,” pesan Mbah Hanib.
Sebagai bentuk sikap solidaritas dan kepedulian terhadap situasi ini, Mbah Hanib mengungkapkan bahwa sebanyak 300 hingga 500 pekerja seni jaranan akan menggelar aksi damai ke Mako Polres Kediri Kota pada 16 Oktober mendatang.
Aksi tersebut bertujuan untuk memberikan pelajaran kepada masyarakat agar kejadian-kejadian keributan yang dapat merugikan orang lain tidak terulang kembali, sekaligus menyampaikan dukungan moral terhadap tindakan petugas polisi berinisial SAE, yang menurutnya bertindak dalam situasi tidak terkendali.
“Kami tidak ingin jaranan selalu dicap negatif karena ulah oknum penonton yang suka mabuk-mabukan, saya yakin mereka yang masuk ke lokasi (arena jaranan) kita, berkata kotor dan nantang-nantang. Aksi damai nanti adalah bentuk komitmen kami untuk menjaga marwah kesenian sekaligus menunjukkan dukungan moral kepada aparat yang sudah berupaya menjaga keamanan,” tegas Mbah Hanib.

Namun, hal berbeda disampaikan oleh Bayu, warga yang diduga menjadi korban pemukulan oleh oknum Polisi Bhabinkamtibmas SAE. Ia mengaku tidak terlibat dalam konflik antara kelompok penonton dan pemain jaranan yang terjadi sore itu.
“Saya hanya mencoba melerai supaya suasananya tidak tambah kacau. Tapi tiba-tiba saya malah dipukul oleh polisi yang bertugas di lokasi,” jelas Bayu.
Bayu berharap kejadian yang menimpanya dapat diusut sesuai disiplin etik Polri oleh Divisi Propam Polres Kediri Kota, tanpa mengabaikan fakta di lapangan.
Ia menegaskan dirinya hadir hanya untuk menonton dan saat terjadi keributan, spontan membantu menenangkan situasi, bukan untuk membuat onar.
Peristiwa ini kini tengah menjadi perhatian publik Kediri hingga Netizen yang pro dan kontra.
Bayu memohon pihak Paminal (Pengamanan Internal) Polres Kediri Kota dapat memproses laporan dengan transparan, dan tindak tegas perilaku kekerasan yang dilakukan oleh anggotanya.