DETIKZONE KEDIRI – Suara deru ratusan motor berbagai jenis dan merek bergema membelah jalan-jalan kota hingga kawasan pegunungan di Kediri, Jawa Timur, pada Minggu (2/11/2025) pagi.
Di bawah bendera Yakuza Motorrad, ratusan biker dari berbagai daerah tumpah ruah mengikuti agenda Jumpa Darat dan Silaturahmi yang dilanjutkan dengan Riding Sunmori All Bike.
Kegiatan ini bukan sekedar ajang berkendara bersama, tetapi juga menjadi momentum mempererat persaudaraan lintas komunitas motor dan berbagai daerah/wilayah di bawah asuhan Den Gus Thuba — panggilan akrab Thuba Topo Broto Maneges, cucu dari ulama kharismatik KH. Hamim Tohari Jazuli (Gus Miek), pendiri Majelis Dzikir dan Semaan Al-Qur’an Moloekatan.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Wadah Lintas Komunitas dengan Nilai Spiritual
Dalam sambutannya, Den Gus Thuba melalui salah satu panitia pelaksana menjelaskan bahwa Yakuza Motorrad dibentuk sebagai wadah silaturahmi bagi berbagai komunitas motor tanpa memandang merek, jenis, atau latar belakang anggotanya.
“Nama Yakuza bukan berarti negatif seperti yang sering dipahami orang. Bagi kami, Yakuza adalah singkatan dari Yang Awalnya Kotor, Ujungnya Zuhud Abadi. Filosofinya, setiap orang punya masa lalu, tapi dengan niat baik dan kebersamaan, semua bisa menuju jalan yang lebih baik dan bermanfaat,” ujarnya menirukan ucapan Den Gus Thuba.
Ia menambahkan bahwa komunitas ini menjadi ruang bagi para pecinta otomotif motor untuk bersatu, berbuat kebaikan, dan menjalin ukhuwah islami.
“Kami ingin Yakuza Motorrad menjadi tempat untuk menebar energi positif. Tidak hanya soal motor dan hobi, tapi juga soal bagaimana kita bisa bermanfaat untuk sesama,” tambahnya.

Start dari Ngadiluwih, Finish di Mojo Kabupaten Kediri
Agenda perdana bertajuk “Jumpa Darat & Silaturahmi – Riding Sunmori All Bike” ini dimulai dari Mabes Yakuza Mafiaz Community yang berlokasi di Akar Coffee, Ngadiluwih, dan berakhir di Café Prongos, Mojo, Kabupaten Kediri.
Sepanjang perjalanan, rombongan motor dengan berbagai jenis — mulai dari motor bebek, vespa, scooter matic, motor sport, trail hingga motor besar (Moge) — melaju tertib dengan pengawalan khusus dua personil anggota Satuan Lalulintas (Satlantas) Polres Kediri dan dukungan penuh panitia pelaksana.
Peserta yang ikut tak hanya berasal dari wilayah Kediri saja, tetapi juga datang dari luar daerah seperti Ngawi, Tulungagung, Trenggalek, Madiun, bahkan Bojonegoro.
Salah satu peserta asal Bojonegoro, Slamet Fudin, yang dikenal sebagai pengusaha terpal, mengaku bangga bisa hadir dalam agenda perdana ini.
“Saya datang berdua dengan teman. Ini pengalaman pertama ikut kegiatan Yakuza Motorrad, luar biasa tertib dan penuh rasa persaudaraan. Saya bangga bisa ikut dan insyaAllah akan ajak lebih banyak teman dari Bojonegoro di acara berikutnya,” ujarnya.
Antusias Peserta Melebihi Ekspektasi
Ketua Yakuza Motorrad, Fandi, menyampaikan rasa syukur atas antusiasme luar biasa dari para peserta.
“Alhamdulillah, kami bersyukur kegiatan perdana ini bisa berjalan lancar dan aman. Antusias peserta bahkan melebihi perkiraan awal. Banyak komunitas-komunitas motor yang ikut serta, termasuk dari luar kota. Ini bukti bahwa semangat kebersamaan dan silaturahmi sangat kuat di kalangan bikers Yakuza Motorrad,” tuturnya.
Fandi juga mengucapkan terima kasih kepada Den Gus Thuba yang telah membersamai dan memberikan pembinaan spiritual serta semangat kebersamaan kepada para anggota.
“Kami ucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Den Gus Thuba atas bimbingan dan kehadirannya. Beliau menjadi teladan bagi kami bagaimana hobi bisa disinergikan dengan nilai-nilai positif dan religius. Mohon maaf jika dalam pelaksanaan masih banyak kekurangan, semoga ke depan bisa kami siapkan dengan lebih matang,” imbuhnya.
Dari Hobi Menuju Jalan Dakwah

Selain mempererat persaudaraan antar-komunitas, kegiatan ini juga mengusung semangat dakwah melalui pendekatan kreatif di kalangan anak muda pecinta otomotif. Den Gus Thuba menegaskan bahwa komunitas motor dapat menjadi sarana dakwah yang efektif apabila diarahkan pada nilai kebaikan dan kebersamaan.
“Dakwah itu luas, tidak harus di masjid atau podium. Dengan motor, kita bisa berdakwah lewat akhlak, ketertiban di jalan, solidaritas, dan empati. Itulah semangat yang ingin kami tanamkan di Yakuza Motorrad,” tegasnya.
Rangkaian kegiatan ditutup dengan doa bersama dan sesi ramah tamah di Simpang Lima Gumul (SLG) Kediri. Dalam suasana santai penuh kekeluargaan, para peserta saling berkenalan dan bertukar cerita, mempererat jalinan persaudaraan antar-komunitas motor dari berbagai daerah.
Makna di Balik Yakuza Motorrad
Nama “Yakuza Motorrad” mungkin terdengar unik, namun di baliknya tersimpan filosofi mendalam. Bagi Den Gus Thuba, kata Yakuza bukan simbol kekerasan, melainkan transformasi spiritual. “Yang awalnya kotor, ujungnya zuhud abadi” menggambarkan perjalanan hidup manusia yang berproses menuju kebaikan.
Dengan konsep ini, Yakuza Motorrad bertekad menjadi wadah yang inklusif dan bermanfaat. Selain kegiatan touring dan silaturahmi, komunitas ini juga berencana menggelar kegiatan sosial, seperti bakti masyarakat, santunan anak yatim, dan pengajian rutin ‘Moloekatan’ di berbagai daerah.
Menjadi Warna Baru Dunia Otomotif Indonesia
Keberadaan Yakuza Motorrad menjadi warna baru dalam dunia otomotif di Indonesia. Di tengah maraknya komunitas motor yang fokus pada gaya hidup dan kecepatan, Yakuza Motorrad hadir dengan sentuhan dakwah dan nilai spiritual.
Bagi para anggotanya, bergabung di Yakuza Motorrad ini bukan hanya tentang mengendarai motor, tetapi juga tentang bagaimana menjadi pribadi yang lebih baik, menghargai sesama pengguna jalan, dan menjadikan hobi sebagai ladang pahala.
Dengan bimbingan Den Gus Thuba, cucu dari ulama besar Gus Miek, semangat “Silaturahmi Tanpa Batas” dari Yakuza Motorrad diharapkan terus menggelora, menjadikan setiap deru mesin bukan sekedar suara knalpot — tetapi gema kebersamaan dan pesan dakwah di jalanan.

“Yakuza Motorrad: KESATRIA DI ATAS RODA ‼️“
Penulis : Bimo
Editor : Redaksi
Sumber Berita : Yakuza Motorrad






