Lombok Tengah– Migrant Care NTB melakukan inisiatif untuk mencegah ekstrimisme berbasis kekerasan melalui agenda Desa Peduli Buruh Migran (DESBUMI) yang melibatkan perangkat Desa, serta perangkat daerah di Kabupaten Lombok Tengah yang dilaksanakan di salah satu Hotel di Lombok Tengah, Sabtu (30/11/2024)
Kegiatan sosialisasi tersebut di hadiri sekaligus dibuka langsung oleh Laksamana Pratama TNI Dr. Imam Subekti, S.H,.M.H selaku Direktur Perangkat Hukum Internasional Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).
Dalam sambutanya Ia menyampaikan apresiasi atas terselenggaranya kegiatan sosialisasi tersebut yang merupakan inisiatif pencegahan terhadap ekstrimisme.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Saya sangat mengapresiasi atas terselenggaranya kegiatan ini, peserta yang di hadirkan juga dari semua unsur yang menurut saya itu mempunyai potensi yang tinggi dalam hal pencengahan ektrimisme, sepeti di sini ada dari DESBUMI, ada dari Perangkat Desa Dan Dari beberapa perangkat pemerintah” ungkapnya
Berdasrkan data BNPT pada tahun 2023 terdapat 94 Pekerja Migran Indonesia (PMI) terpapar terorisme, Oleh karena itu Migran Care Jakarta , yang melakukan pengorganisasian dan advokasi terhadap isu pekerja migran tersebut sangat konsern terhadap isu mengenai ektrimisme berbasis kekerasan yang mengarah pada Terorisme.
Selain itu menurut data BNPT juga menyebutkan secara demografis terdapat 117 pekerja migran Indonesia yang dideportasi karena diduga terpapar ekstremisme kekerasan yang tersebar dari berbagai provinsi yakni Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, Sumatera Barat, Nusa Tenggara Barat, Lampung, Aceh, DKI Jakarta, Sulawesi Selatan, dan Maluku.
Ditambahkan oleh Kepala Balai Pelayan Perlindungan Pekerja Migrant Indonesia (BP3MI) NTB Noerman Adhiguna, S.E, M.B.A juga menyampaikan bahwa telah banyak agenda kolaborasi yang telah dilakukan bersama Migrant Care sebagai upaya pencegahan ekstrimisme ini.
“Kami sudah sering melakukan kegiatan kerja sama dengan migrant care NTB, karena dalam hal pencengahan paham ektrimisme berbasis kekerasan ini tidak bisa di lakukan sendiri, melainkan harus berkerja sama dari semua unsur” tegasnya
Pada saat yang sama Koordinator wilayah Migrant care NTB Endang Susilowati mengatakan dalam melakukan upaya pencegahan terhadap ekstrimisme berbasis kekerasan tetap dilakukan pendeteksian ke desa-desa
“Untuk melakukan pencegahan terhadap aksi ektrimisme berbasis kekerasan dilakukan melalui kerja- kerja Migran Care di komunitas di Desa dengan melakukan kegiatan pencegahan ektrimisme, selain itu masyarakat juga diedukasi untuk dapat mendeteksi lebih dini dengan cara diberikan pengetahuan yang lebih memadai dan adanya kesadaran keritis, agar tidak terjerumus pada isu ektrimisme berbasis kekerasan” jelasnya
Ia juga menambahkan bahwa resiko rentan terpapar ekstrimisme berbasis kekerasan adalah perempuan dan anak.
“Perempuan dan anak sangat rentan untuk dimasuki paham-paham radikalisme, apalagi perempuan menjadi incaran yang sangat mudah untuk dipengaruhi , mereka dijadikan perekrut, urusan logistik, penghubung, admin online, penyebar informasi sampai menikah online dan sebagai calon pembom bunuh diri. Perempuan didekati dengan berbagai cara seperti membangun hubungan pribadi melalui online, pernikahan online dan pengajian/doktrin agama dan aktif pertemanan dan berkomunikasi melalui media social. Dan yang sangat mengerikan adalah teror media sosial yang menciptakan untuk menebar kebencian, kebohongan/hoax dan fitnah. Sehingga anak-anak muda dan perempuan harus kritis dan cerdas melakukan analisa yang berbau radikalisme, harus lebih berhati-hati dengan idiologi radikalisme” pungkasnya
Sebagai penutup Endang mangatakan bahwa dalam hal pencengahan paham ektrimisme kekerasan di butuhkan kerja Tim, kolaborasi dengan semua pihak, untuk melakukan mitigasi kepada calon pekerja mgran Indonesia, sehingga meningkatnya pemahaman dan solusi pencegahan masyarakat mengenai bahaya ekstremisme berbasis kekerasan. Red/asn
Penulis : Ari